Kotak Amal yang Berisik
Hari jumat pun tiba, hari yang
agung dimana akan ada kewajiban bagi laki-laki muslim untuk melaksanakan sholat
jumat. Biasanya saya sholat jumat di masjid sekitar rumah, namun kali ini saya
sholat di masjid perkantoran di wilayah Jakarta Pusat. Sudah menjadi hal lumrah
saat ini dimana setiap kantor ada masjid sebagai sarana ibadah umat islam. Satu
gedung perkantoran biasanya ada karyawan sekitar 300 – 500 orang, jadi
pengelola gedung pun membuat sarana peribadatan sebagai fasilitas penunjang
bagi para karyawan yang bekerja di gedung tersebut.
Setiap sholat jumat berlangsung
hampir di seluruh masjid diumumkan saldo kas masjid. Yang miris adalah ketika
saldo kas masjid bernilai puluhan juta bahkan ratusan juta namun yang terjadi
tidak sesuai dengan pemanfaatan dari dana yang tersedia dari kas masjid
tersebut, seperti untuk kebersihan tempat wudhu, kebersihan toilet bahkan
kenyamanan karpet masjid sebagai sarana ibadah.
Pemanfaatan dana amal masjid yang
kurang optimal ini menjadikan suara-suara ‘berisik’ di jamaah ketika selesai
sholat jumat, ya benar... mereka mengeluhkan masalah kebersihan dan kenyamanan
dalam beribadah.
“toiletnya kenapa kotor
ya, gayung nya rusak pula” celoteh seorang jamaah
“iya, didalam masjid
panas nih, kipas anginnya pada rusak tuh, ga diperbaiki” sahut seorang jamaah
yang lain
Jika sudah begini siapa yang
disalahkan? Takmir masjid atau jamaah yang sudah beramal?
Menurut hemat saya lebih baik
uang kas sedikit tapi masjid wangi, rapih, ada ambulans bahkan punya program
pemberdayaan masyarakat sekitar, kalau masjidnya nyaman maka jamaah pun tidak
akan segan-segan mengisi kotak amal dengan jumlah maksimal
Saya jadi teringat kisah yang
pernah diceritakan seorang ustadz tentang Masjid di zaman Rasulullah SAW. Masjid tidak hanya sebagai sarana ibadah tapi
juga pusat budaya, ilmu pengetahuan, dan kesehatan.
Bersambung...
Komentar
Posting Komentar