Selangkah Ser( I )bu





“Allahu akbar…. Allahu akbar…. “ suara Mas Husman terdengar sampai wilayah RW 05 kelurahan Muara Ungu, mencoba merayu para jamaah untuk segera memenuhi panggilan Allah. Panggilan yang paling utama diantara semua panggilan. Suara adzan Masjid Istiqomah ini memang sangat nyaring, karena memiliki dua menara di sisi kiri dan kanannya, serta tersambung ke TOA beberapa wilayah RT. Bangunan yang di kelilingi oleh madrasah dan pohon cherry ini menduduki peringkat pertama kategori terbesar se Kecamatan  dan sering dipakai untuk acara- acara keagamaan seperti peringatan Isra Mi’raj dan Maulid Nabi SAW. Beberapa kali ulama terkenal seperti almarhum Zainuddin MZ dan Ust. Yusuf Mansur pernah menyampaikan dakwahnya di masjid ini.  

Mas Husman adalah teman karibku sebagai marbot merangkap muadzin di Masjid   Istiqomah. Ia sangat senang jika mendapat giliran adzan, artinya dia akan mendapat pahala orang – orang yang datang ke masjid, kami berbagi jadwal sebagai muadzin. Pekan pertama dan ketiga giliranku sedangkan pekan kedua dan ke empat giliran Mas Husman. Orang yang berperawakan tinggi berkulit sawo matang serta berjenggot tipis ini tergolong orang yang pandai agamanya entah kenapa akhirnya dia bisa “ terjerumus “ menjadi marbot di masjid ini. Sedangkan aku jadi marbot karena Masjid ini milik Kakek ku. Ketika aku lulus Madrasah Aliyah kakek langsung saja menyuruhku menjadi marbot peninggalan keluarga turun - temurun ini. Mas Husman sudah lebih dulu menjadi marbot dibanding aku, yang aku tahu dia sangat mengenal ayahku, aku tidak mau mengulas lebih jauh kenapa pada akhirnya dia memutuskan untuk mengabdi menjadi marbot di masjid ini. Mas Husman baru bisa mencapai nilai yang sama dengan gaji guru madrasah apabila dia bekerja selama tiga bulan, namun kami sebagai marbot selalu di berangkatkan umroh setiap tahun sekali serta di berikan biaya pendidikan untuk bersekolah lagi mendalami ilmu agama islam. Setiap akhir pekan kami belajar di STIDI As Salaam, Mas Husman mengambil program kuliah komunikasi islam dan aku belajar penyiaran islam, yang nantinya ilmu kami akan di gunakan untuk pengoptimalan program kerja di masjid Istiqomah ini, begitu tutur Ayahku

“Hei Basri…. Lantai depan sudah di pel belum ? “ Tanya Mas Husman kepadaku sesaat setelah dia mengumandangkan adzan dzuhur tadi. “Sudah mas, urusan lantai serahkan padaku, kalo  Mas Husman kan ahlinya bersih-bersih toilet” Kelakarku sambil tersenyum padanya ; walaupun aku adalah cucu pemilik masjid tetap saja Mas Husman adalah Bos ku, aku tetap memanggilnya mas, karena dia lebih tua dari ku lima tahun, dia sudah menikah dan memiliki satu orang anak yang tinggal di sebuah kota kecil di kaki Gunung lawu.

Jam digital masjid menunjukkan waktu 20 detik lagi menuju Iqomat, sebentar lagi Mas Husman akan menagajak jamaah untuk berdiri rapi bak tentara yang siap berperang, namun kali ini berbaris rapi untuk memenuhi seruan Allah “ Qod qo mati sholaa.. Qod qo mati sholaa…” Mas Husman sudah Iqomah dan Ayahku sudah siap memimpin para jamaah untuk memenuhi panggilan kemenangan Allah siang ini. Ayahku adalah imam di Masjid ini, beliau lulusan Kairo, sudah tiga perempat isi AlQuran di hafalnya sedikit lagi ayahku hafidz, hafalan haditsnya pun juga sangat banyak seperti kitab Riyadush shalihin, tak heran jika selesai sholat dzuhur masjid selalu mengadakan kajian, dan terkadang ada salah seorang jamaah berkonsultasi secara pribadi setelah kajian. Ayahku sebagai generasi penerus masjid ini selalu membimbing kami, kelak nantinya kami lah yang akan menggantikan posisi beliau untuk terus memakmurkan masjid.

“Assalamualaikum warahmatullah…  Assalamualaikum warahmatullah… “ ayahku memberi isyarat tanda akhir menyelesaikan sholat siang ini, para jamaah pun segera mengikuti apa yang diisyaratkan ayah. “ kajian siang ini membahas tentang pentingnya niat, sehingga
……………..
 setelah sholat shubuh dipelataran masjid aku dan  Mas Husman biasa untuk beristirahat sejenak dikala siang hari, tak lama ayahku menyusul  untuk bergabung “ makin hari jamaah masjid kenapa makin sedikit ya”  Tanya ayah, “yaiyalah yah….. namanya juga pas jam makan siang, orang lebih memilih makan siang dulu daripada sholat” jawabku pada ayah
“ saya juga ngerasa begitu pa’de” sambung Mas Husman, “ sepertinya dunia semakin berkuasa nih pa’de, orang makin lupa untuk menemui Sang Maha Kuasa, apalagi kalau Sholat shubuh ya pa’de, Cuma ada Satu shaf  sampe hafal saya orang-orangnya siapa saja”
“Nah…. Maksud pa’de gimana ya caranya supaya orang rajin ke masjid” Tanya ayah lagi pada kami, “ mungkin karena orientasi masyarakat sekarang pada duniawi, bagaimana kalau diadakan semacam sayembara yah, misalkan orang yang rajin ke masjid dapat uang begitu atau dapat hadiah apa gitu yah” aku mencoba memberi solusi   “Hush…… kamu ini… ke masjid mah ke masjid aja, gausah bawa-bawa uang, tapi……… bisa juga sih pa’de  mungkin sebagai latihan motivasi di awal semoga tidak menyalahi  niat para jamaah yang pada sholat” sahut  Mas Husman
“ Ya… ide bagus, almarhum kakekmu juga pernah bilang  tentang ide ini, kata kakek andai setiap langkah seorang yang melangkah ke masjid dinilai Rp. 1000 saja mungkin orang akan sengaja mencari jalan terjauh untuk mencapai kemasjid, mereka rela walaupun harus pasang alarm, walalupun mereka sedang sakit, walaupun rumah mereka dekat, mereka akan berusaha keras untuk datang ke masjid untuk shalat tepat waktu berjamaah, dan yang rumahnya dekat akan berusaha dari awal untuk mencari jalan terjauh lalu ke masjid , memang benar perjalanan terberat dan terjauh adalah perjalanan ke masjid makanya kita harus bersyukur nih, masih Allah mudahkan untuk datang ke masjid mengerjakan sholat berjamaah tepat waktu, ini adalah rahmat dari Allah yang tidak ternilai walaupun dengan uang sekalipun” jelas Ayah panjang lebar

“Jadi.. giman nih pa’ de cara kita supaya orang mau ke masjid untuk sholat tepat waktu berjamaah” Tanya mas Mas Husman penasaran akan solusi yang terbaik akan hal ini. “ Pa’de akan buat apa yang kakek pernah bilang yaitu “Selangkah Seribu” semakin jauh orang itu datang ke masjid maka dia yang akan mendapatkan uang, meskipun besarannya tidak pas selangkah seribu setidaknya layak dan pantas hadiah ini akan diberikan, akan diadakan sebulan sekali artinya hadiah han
ya akan di berikan sebulan sekali kepada satu orang jamaah yang rutin sholat berjamaah tepat waktu , semoga bisa menjadi motivasi jamaah yang lain untuk mendatangi masjid, naudzubillah min dzalik pa’de berlindung pada Allah semoga ini bukan merubah niat para jamaah untuk datang ke masjid, ini sebagai sarana motivasi saja  agar orang mau datang untuk sholat berjamaah tepat waktu” ayah memberikan jawaban
“Berarti aku dong yah yang dapat” jawab aku lantang sambil mengepalkan tangan keatas layaknya sang Juara


Komentar

Postingan Populer